Review Penerapan E-Bisnis

Review Jurnal

Judul
Analisis Pengembangan Strategi e-Business Dengan Memanfaatkan Sistem Teknologi Informasi BRINETS Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Dalam Upaya Memberdayakan UKM
Tahun
2003
Penulis
Diny Wahyuni

Pendahuluan
Pengembangan strategi e-business perbankan perlu diarahkan pada pemberdayaan UKM yang mengurangi kelemahan UKM di samping ditujukan untuk mendapatkan keuntungan. BRINETS (BRI Integrated Network and Information System), sistem teknologi informasi BRI, yang telah diimplementasikan saat ini merupakan awal dari perubahan sistem distribusi yang terdesentralisasi menjadi sistem sentralisasi. Sistem ini pada dasarnya siap mengakomodasi kegiatan e-business baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Namun, sistem teknologi yang ada dan yang intensif telah digunakan di luar unit kerja, hanya berupa ATM dan sistem perbankan yang menggunakan media telepon (phone banking). Namun perlu dikaji juga apakah e-business layak diterapkan di BRI sejalan dengan perkembangan teknologi informasi BRI dan pengembangan bisnis berbasis pendapatan yang diperoleh dari layanan jasa (dalam hal ini e-business) yang diberikan (fee-based business) dengan memberdayakan UKM yang ada sehingga jaringan unit kerja BRI dapat dimanfaatkan sebagai pusat layanan.

Metode Penelitian
Pada penelitian ini, selain pengumpulan data melalui pihak BRI juga dilakukan metode analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif (Matriks SWOT) yang dikaji berdasarkan berbagai isu strategis baik dari dalam maupun dari luar guna mencari alternatif pengembangan e-business dalam upaya memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan menguji kelayakan implementasi ebusiness dengan menggunakan beberapa metode untuk penilaian proyek.

Strategi e-business BRI dalam pemberdayaan UKM ini adalah suatu ide pemanfaatan jaringan unit kerja BRI yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai Value Added Network (VAN-BRI) guna memfasilitasi pelayanan pada UKM. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada aspek teknis pengembangan teknologi informasi sebagai pendukung bisnis BRI tersebut. Sebagai langkah pelaksanaan dari strategi pengembangan sistem teknologi BRI dimaksud, saat ini BRI masih dalam proses implementasi sistem perbankan intinya secara bertahap dari semula OLSIB (On Line System Information Bank) yang bersifat terdesentralisasi/terdistribusi diganti dengan sistem baru yang dikenal dengan BRINETS (BRI Integrated Network and Information System) dimulai sejak tahun 2000 dan direncanakan akan selesai secara keseluruhan online diseluruh jaringan kerja BRI pada akhir tahun 2005.

Strategi dan Tahapan Penerapan e-Business di BRI
Berdasarkan Analisis dengan Matriks SWOT
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi BRI, dapat disusun kekuatan dan kelemahan BRI yang merupakan faktor yang berasal dari kondisi lingkungan BRI
(Faktor Internal) serta peluang dan ancaman yang perlu diantisipasi oleh BRI yang berasal dari luar lingkungan BRI (Faktor Eksternal), yaitu sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
1. BRI memiliki jaringan kerja yang tersebar di seluruh Propinsi di Indonesia.
2. BRI telah mengimplementasikan sistem perbankan inti (BRINETS) dengan konfigurasi terpusat (centralized system).
3. BRI telah mempunyai media akses berupa ATM Bersama serta layanan transaksi melalui telepon (Call Center/Phone Banking).
4. Jumlah pelanggan BRI diberbagai segmen pasar berpotensi untuk meningkatkan pendapatan melalui penyediaan e-business.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Perencanaan pengembangan e-business kurang terarah dan maksimal
2. Pengembangan diarahkan pada pengembangan outlet layanan konvensional khususnya cabang pembantu yang berbiaya mahal.
3. Performa ATM BRI, khususnya ketersediaannya dirasakan masih rendah, sehingga dapat mengganggu pelayanan pada pelanggan.
4. BRI belum mempunyai fasilitas terminal titik penjualan (Point of Sales) berbasis internet.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Perencanaan pengembangan e-business kurang terarah dan maksimal
2. Pengembangan diarahkan pada pengembangan outlet layanan konvensional khususnya cabang pembantu yang berbiaya mahal.
3. Performa ATM BRI, khususnya ketersediaannya dirasakan masih rendah, sehingga dapat mengganggu pelayanan pada pelanggan.
4. BRI belum mempunyai fasilitas terminal titik penjualan (Point of Sales) berbasis internet.
Peluang (Opportunity)
1. Potensi pasar di sektor bisnis mikro, ritel dan menengah di Indonesia cukup besar.
2. Peningkatan pendapatan melalui penyediaan e-business cukup menjanjikan.
3. Keuntungan bisnis ritel cukup besar dibandingkan dengan resiko bisnis yang dihadapi.
Ancaman (Threats)
1. Kualitas dan kuantitas serta variasi e-business berbagai bank pesaing nasional semakin membuat nyaman pelanggan.
2. Masuknya berbagai bank asing yang menyediakan e-business yang memuaskan pelanggan.
3. Ketahanan (entry barrier) BRI terhadap masuknya pesaing baru khususnya consumer banking rendah.

Implementasi e-Business dalam pemberdayaan UKM
Pada umumnya UKM, khususnya usaha kecil kurang memiliki daya tawar, kapasitas produksi yang terbatas, teknologi yang sederhana dan kurang memiliki kemampuan untuk memasarkan dengan baik. Bagi BRI yang memiliki sejumlah jaringan kerja yang terdiri dari kantor cabang, kantor cabang pembantu dan BRI Unit yang tersebar di seluruh Indonesia dengan para nasabah UKM yang tersebar di masing-masing unit kerja tersebut dapat memberikan pelayanan kepada UKM dengan memanfaatkan jaringan unit kerja BRI sebagai Value Added Network (VAN BRI) dengan membangun, mengembangkan dan mengelola media akses yang ada. Perbandingan antara penggunaan jaringan umum (public network (jaringan ebusiness yang menggunakan media akses berupa internet)) dengan penggunaan jaringan VAN (Value Added Network) BRI adalah sebagai berikut :
a. Jaringan Umum (Public Network)
1. Infrastruktur e-business di Indonesia belum mapan (virtual mall dan lembaga autentifikasi belum populer di Indonesia) sehingga pelaku UKM harus membangun sendiri.
2. Keamanan transaksi belum cukup terjamin
3. Belum semua pelaku UKM terbiasa dengan teknologi informasi
(pengembangan dan operasi)
4. Jangkauan internet belum tentu menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
b. VAN BRI
1. BRI berperan sekaligus sebagai penyedia VAN, Virtual Mall dan lembaga autentifikasi.
2. Baik UKM penjual maupun pembeli menjadi anggota VAN-BRI dan memiliki rekening di BRI
3. Dengan sistem ini, autentifikasi (penjamin bagi penjual dan pembeli) otomatis terjadi
4. Keamanan transaksi keuangan terjamin
5. Para pengguna e-commerce tidak perlu familiar dengan lingkungan
teknologi informasi (operasi dilaksanakan oleh petugas BRI)
6. Tidak perlu adanya investasi teknologi informasi bagi pelaku UKM
7. Cakupan jaringan kerja BRI yang luas.

Segmentasi Bisnis

Potensi usaha kecil dan menengah di BRI nampak pada nasabah bisnis mikro yang diberi kredit melalui Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di BRI Unit yang tersebar di seluruh pelosok tanah air sebanyak 3.800 kantor BRI Unit dan nasabah bisnis ritel dan menengah yang diberikan melalui 325 Kantor Cabang dan 64
Kantor Cabang Pembantu. Sampai dengan saat ini portofolio Kredit Umum Pedesaan posisi per Desember tahun 2002 jumlah realisasi kumulatif sebanyak 29.206.154 orang dengan nilai Rp. 65.303 milyar, sisa pinjaman sebanyak 2.857.881 orang senilai Rp. 10.859
milyar dan Non Performing Loan sebanyak 173.761 orang sebesar Rp. 254 milyar (data lengkap terdapat pada lampiran 2). Di samping para UKM penerima fasilitas kredit dari BRI, potensi UKM dapat ditinjau dari jumlah penyimpan di BRI Unit dalam bentuk tabungan (Simpedes dan Simaskot). Posisi per Desember 2002 sebanyak 27.326.416 orang senilai Rp. 18.902 milyar di luar penabung BRItama di seluruh Kantor Cabang BRI. Melihat potensi tesebut di atas, merupakan peluang bisnis dan tantangan ke depan bagi BRI.

Strategi Pemasaran
Berdasarkan konsep tentang pemasaran tersebut di atas, dalam memasarkan jasa pelayanan kepada UKM dengan memanfaatkan jaringan unit kerja BRI sebagai VAN BRI, yang harus dilakukan oleh BRI adalah melakukan pelatihan pada para pekerja yang menangani pelayanan ini terutama penguasaan atas teknologi informasi dan peningkatan pengetahuan di bidang pemasaran yang berorientasi pada kepuasan nasabah.

Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwaStrategi e-business yang diterapkan oleh BRI dengan memanfaatkan jaringan kerjanya sebagai Value Added Network (VAN BRI), yakni memberi nilai tambah pada outlet BRI dengan menjadi media akses pelayanan virtual/online dalam memberdayakan UKM adalah sangat tepat dan layak secara ekonomis.

Saran
Demi meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui pemberdayaan UKM dan menjaga keberlangsungan pengimplementasian strategi e-business ini, ada beberapa saran yang dapat dijalankan sebagai berikut :
1. Strategi e-business untuk pemberdayaan UKM hendaknya dilakukan berdasarkan rencana strategi bisnis BRI dengan pengembangan teknologi informasi secara konsisten dan komitmen yang tinggi dari manajemen sebagai binis inti BRI.
2. Pengembangan VAN BRI merupakan tahap awal BRI untuk “go e-business” sehingga apabila pembangunan infrastruktur teknologi informasi telah mencapai tahap pendefinisian kembali (reinvent), disarankan sebaiknya BRI mulai mencoba mengembangkan e business berbasis internet.
3. Dalam rangka pengembangan e-business tersebut diperlukan adanya kerjasama (partnership), mengingat BRI tidak mungkin bekerja sendiri, seperti dalam pengembangan dan operasi penyedia informasi (information provider) serta dukungan perusahaan pendistribusi. Untuk itu, hendaknya BRI mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan lain-lain.




Judul
ANALISIS PENERAPAN E-BUSINESS
STUDI KASUS PADA
PT. SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY (SMART), Tbk
Jurnal
Jurnal Informatika
Tahun
2007
Penulis
Puspa Rani , Diana Rahmawati

1. Latar Belakang
E-bisnis (Electronic Business, atau "E-business") dapat diterjemahkan sebagai kegiatan bisnis yang dilakukan secara otomatis dan semiotomatis dengan menggunakan sistem informasi komputer (Wikipedia Indonesia). Definisi lain mengatakan e-business adalah mengelola bisnis di internet yang terkait dengan pembelian, penjualan, pelayanan terhadap konsumen, dan kolaborasi antar rekan bisnis. Istilah e-business pertama kali digunakan salah satunya oleh IBM pada tahun 1997. (SearchCIO.com). Dengan demikian, e-bisnis dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh organisasi, individu, atau pihak-pihak terkait untuk menjalankan dan mengelola proses bisnis utama sehingga dapat memberikan keuntungan—dapat berupa berupa keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi, efisiensi, atau/dan peningkatan produktivitas dan profit.
Penerapan e-bisnis pada suatu unit usaha sebenarnya dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi unit usaha yang dimaksud. Terkadang permasalahan ini menjadi dilema yang harus diselesaikan oleh manajemen. Pada satu sisi, teknologi ini akan sangat menguntungkan penjualan. Promosi dapat dilakukan secara meluas. Sampai pada efesiensi tenaga kerja, secara tidak langsung. Namun, bagi beberapa unit usaha, penerapan e-bisnis cenderung akan mengakibatkan kerugian. Hal ini dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan teknologi ini sangat tinggi. Bahkan bisa lebih tinggi daripada keuntungan yang diperoleh dari penerapan e-bisnis itu sendiri. Sehingga hal ini tidak memenuhi teori cost and benefit. Di mana benefit yang seharusnya diperoleh lebih besar daripada cost yang dikeluarkan.
Hal inilah yang kemudian membuat penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap penerapan e-bisnis pada sebuah unit usaha. Unit usaha yang penulis pilih untuk analisis ini adalah PT. Sinar Mas Argo Resources and Technology (SMART), Tbk. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang telah menerapkan teknologi informasi (e-bisnis) dalam kegiatan bisnis perusahaannya


2. Analisis Penerapan E Bisnis PT. SMART, Tbk
Penjabaran mengenai analisis penerapan e-bisnis ini akan dilakukan secara deskriptif-induktif. Penulis akan menganalisis mulai dari bagian terkecil, kemudian men-generalisasi hasil analisis yang diperoleh. Analisis diawali dari manfaat yang diperoleh dengan adanya situs atau website.
Bagi para investor
Baik inverstor lama maupun investor yang akan bergabung, dapat memperoleh informasi yang sangat penting. Melalui laporan tahunan dan hasil kuartalan, investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan. Informasi-informasi dan pengumuman lainnya yang dimuat akan memberikan sinyal kepada investor untuk mengambil keputusan. Informasi-informasi seperti ini dapat diakses secara cepat oleh investor. Hal ini tentunya akan mempersingkat jarak dan waktu yang dibutuhkan
investor dalam mengambil keputusan untuk bergabung atau malah menarik investasinya. Namun, keterbatasan yang akan dihadapi oleh para investor adalah ketika mereka mengandalkan situs ini, sementara informasi tersebut belum dimuat di dalam situs atau situs belum di update.
Adanya situs ini memberi keuntungan bagi perusahaan ketika informasi-informasi yang dimuat memberikan sinyal positif kepada investor. Sehingga investor baru yang sebelumnya belum mengetahui perusahaan terkait menjadi tertarik untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, perusahaan akan sulit menutupi sinyal buruk yang ditangkap investor atas perusahaan.
Bagi para konsumen
Konsumen tentunya tidak terlalu tertarik dengan informasi-informasi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memberikan kolom khusus bagi konsumen untuk mengetahui berbagai produk yang ditawarkan. Melalui situs ini, konsumen semakin dapat mengenal produk-produk yang ditawarkan perusahaan. Kemudian mengetahui lebih dalam mengenai keunggulan-keunggulan yang dimiliki produk tersebut. Selain itu, para konsumen juga disuguhkan berbagai resep masakan yang dapat dibuat menggunakan produk yang ditawarkan sehingga mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut. Hal ini akan memberi keuntungan bagi perusahaan. Dapat dikatakan pula situs ini menjadi sarana promosi terhadap konsumen. Ketika konsumen mengetahui keunggulan yang dimiliki oleh produk tertentu dari perusahaan, mereka mulai berfikir untuk berpindah menggunakan produk tersebut. Tidak hanya sebatas ini yang akan diperoleh perusahaan. Efek domino yang akan diterima perusahaanlah yang menjadi tujuan. Pada saat satu orang konsumen mengetahui kelebihan satu produk, kemudian menggunakan produk tersebut, ia akan menyebarkan keunggulan produk tersebut kepada orang lain. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk turut menggunakan produk tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung sarana promosi yang seperti ini akan meningkatkan penjualan perusahaan.
Bagi para pencari kerja
Para pencari kerja dapat memperoleh informasi mengenai lowongan pekerjaan di PT. SMART, Tbk. Para pencari kerja yang berminat dapat mendaftarkan diri secara online melalui situs ini. Hal ini memudahkan para pencari kerja dalam hal pengiriman surat
lamaran yang hemat dan cepat, serta lebih terjamin. Bagi perusahaan juga merupakan kemudahan untuk mendata para pelamar yang telah masuk secara online di komputer tanpa harus meng-entry data pelamar. Dengan demikian dapat mempercepat proses administrasi.

Manfaat :
1. Lebih dikenalnya perusahaan ini di kalangan masyarakat yang akhirnya dapat memperluas pangsa pasar perusahaan (sarana promosi).
2. Adanya peningkatan citra perusahaan di mata pasar.
3. Terbukanya kesempatan untuk memperoleh investor lain, selain meningkatkan kepercayaan investor lama.
4. Timbulnya sikap kecintaan produk dan loyalitas dari konsumen, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan penjualan akibat efek domino dari promosi yang dilakukan melalui website.
5. Perusahaan dapat menyampaikan berbagai informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dengan cepat, tepat dan efisien.
6. Perusahaan memperoleh kemudahan dalam proses rekruitmen karyawan.

Kerugian:
1. Adanya penambahan biaya operasional untuk menjalankan teknologi ini.
2. Dapat terjadi missed-communication antara manajemen perusahaan dan investor akibat kurangnya hubungan secara langsung.
3. Jika terjadi kesalahan yang telah dimuat di media ini, akan sulit untuk memperbaikinya, karena hal ini dengan sangat cepat tersebar kepada setiap pembaca.
4. Perusahaan mau tidak mau harus membuka semua informasi melalui media ini. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat menutup-nutupi keadaan bahkan yang kurang baik dalam diri perusahaan. Hal ini akan memberi sinyal negatif bagi investor atau pihak l. Kesimpulan
Bagi perusahaan besar, seperti PT. SMART, Tbk dan lainnya, menerapkan teknologi informasi jaringan dan komunikasi akan sangat memberikan dampak positif. Namun, bagi perusahan menengah, terlebih bagi perusahaan kecil, penerapan teknologi mutakhir seperti ini cenderung akan mengakibatkan kerugian financial yang cukup besar. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dan operasional teknologi ini sangat besar. Sedangkan hasil yang diperoleh belum tentu
dapat menutupi biaya tersebut, apalagi diharapkan dapat memberikan laba bagi perusahaan.


Judul
MODEL ADOPSI E-BUSINESS OLEH PENGUSAHA KECIL: METODE PENGUKURAN DENGAN WEBSTATISTIC DAN SELFREPORTED
Jurnal
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007)
Tahun
2007
Penulis
Toto Sugiharto1, Susy Suhendra2, Budi Hermana3 Adang Suhendra4

1. PENDAHULUAN
Usaha kecil di Indonesia mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, dilihat dari jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang terlibat dalam usahanya. Berdasarkan laporan
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), pada tahun 2004 statistik menunjukkan bahwa pelaku usaha kecil di Indonesia tercatat sebanyak 43 158 468 pelaku atau 99,8
persen dari total pelaku usaha. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha kecil tercatat sebesar 70 919 385 orang atau 89,84 persen dari total tenaga kerja yang bekerja di industri. Deperindag
(2002) menyebutkan bahwa salah satu kelemahan utama usaha kecil di Indonesia adalah kemampuan dan agresivitas mengakses pasar para pengusaha kecil masih terbatas serta masih
terbatasnya penggunaan teknologi informasi untuk mendinamisasi dan memajukan usaha kecil. Menurut OECD (2004), faktor-faktor penghambat penggunaan information and communication
technology (ICT) oleh usaha kecil dan menengah meliputi
(a) ketidaksesuaian proses bisnis, (b) Seminar Nasional Teknologi 200
keterbatasan pengetahuan dalam hal manajerial dan penggunaan ICT, (c) biaya pengembangan dan pemeliharaan sistem elektronik,
(d) masalah prasarana jaringan komputer dan komunikasi, (e)
masalah kepercayaan dan keamanan penggunaan ICT, (f) ketidakpastian hukum, serta (g) berbagai
tantangan terkait dengan adopsi proses bisnis elektronik.
Analisis OECD tersebut menunjukkan bahwa secara umum pengaruh ICT dan strategi ebisnis
pada kinerja perusahaan adalah positif, tetapi ICT bukan satu-satunya solusi. Penggunaan
ICT bisa memberikan kontribusi dalam perbaikan kinerja perusahaan, misalnya peningkatan pangsa
pasar, penambahan kisaran produk, penyesuaian produk, dan tanggapan yang lebih baik terhadap
permintaan konsumen. Mengenai perkembangan dan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi, Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Ketertinggalan
teknologi tersebut dilihat dari ketersediaan infrastruktur teknologi informasi, jumlah komputer
yang dimiliki perusahaan, atau akses Internet, yang beberapa indikator diantara dapat dilihat pada
Tabel 1.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor berpengaruh dalam
penerapan teknologi informasi- khususnya portal e-business pada usaha kecil, dan mengkaji
dampaknya terhadap peningkatan kinerja usaha kecil. Tujuan penelitian selengkapnya adalah (1)
Mengidentifikasi, mengukur, dan mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan teknologi informasi pada usaha kecil yang meliputi faktor persepsi pemilik usaha
kecil, organisasi, karakteristik individu, dan lingkungan eksternal; (2) Menjelaskan proses adopsi
teknologi informasi oleh usaha kecil dengan menggunakan Technology Acceptance Model yang
diarahkan pada pengaruh faktor-faktor di atas terhadap persepsi kemudahan penggunaan (perceived
easy of use) dan persepsi kebergunaan (usefulness) dari pemilik usaha kecil; (3) Menganalisis
hubungan antara intensitas penggunaan teknologi informasi oleh individu pemilik usaha kecil dan
intensitas penggunaan teknologi informasi oleh perusahaan, termasuk pengaruh faktor-faktor lain
yang mendukung tahapan difusi tersebut; dan (4) Menganalisis hubungan antara intensitas
penggunaan teknologi informasi oleh usaha kecil dan kinerja usaha untuk setiap sektor dan profil
industri.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemilik usaha kecil merupakan individu yang paling penting dalam menentukan
arah dan kebijakan perusahaan, termasuk dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara persepsi pemilik usaha
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN : 1978 – 9777
Yogyakarta, 24 November 2007
D 3
kecil dengan sistem komputer dan penggunaan aktual dari sistem komputer tersebut (Heilman et
al., 1999). Sedangkan Riemenschneider dan Mykytyn (2000) mengemukakan bahwa tokoh kunci
pada usaha kecil sebagai pengguna akhir (end user) dari teknologi informasi cenderung lebih
memperhatikan computer self-efficacy, yaitu untuk aspek pelatihan dan kemampuan menggunakan
sistem komputer. Selain self-efficacy, Brown (2002) menambahkan variabel computer anxiety
dalam penelitiannya mengenai adopsi web based technology di negara-negara berkembang, yang
hasilnya menunjukkan pengaruh kuat terhadap adopsi teknologi tersebut.
Menurut Kleijnen et al. (2004), keterampilan komputer merupakan variabel moderator
untuk perceived easy of use (PEOU). Mirchandani dan Motwani (2001) menemukan bahwa
keterampilan komputer merupakan variabel prediktor dalam adopsi e-commerce oleh perusahaan
kecil, dengan nilai korelasi positif. Poon et al., (1996), sebagaimana disitasi Chambers and Parker
(2000), menyatakan bahwa daya inovasi dari pemilik usaha kecil bervariasi sehingga karakteristik
individu ini akan mempengaruhi keputusan, misalnya proses adopsi inovasi, yang diambil
perusahaan. Chambers and Parker (2000) sendiri memasukkan daya inovasi pemilik usaha kecil
tersebut sebagai komponen dari faktor individual, selain pendidikan, umur, pengalaman, waktu, dan
keterampilan. Lee dan Runge (2001) menyimpulkan bahwa inovasi perusahaan berpengaruh nyata
terhadap adopsi sistem informasi oleh usaha kecil, tetapi untuk kasus adopsi internet, variabel
tersebut tidak berpengaruh. Tetapi Lee (2004) menemukan bahwa penggunaan email oleh pemilik
atau manajer usaha kecil dipengaruhi oleh daya inovasi mereka. Menurut hasil penelitian
Bresnahan et al. (2000), pendidikan dan keterampilan pengguna akhir komputer berhubungan,
walaupun relatif lemah, dengan komputerisasi pekerjaan dan intensitas penggunaan teknologi
informasi oleh pengguna akhir tersebut.
Chamber and Parker (1999) lebih menitikberatkan pada faktor-faktor motivator dan
penghambat dalam penggunaan teknologi informasi oleh usaha kecil. Faktor-faktor tersebut secara
umum digolongkan ke dalam faktor inovasi, tugas, lingkungan, organisasi, dan individual.
Berbagai faktor yang berbeda telah diidentifikasi dalam berbagai penelitian sebelumnya yang
mempengaruhi proses adopsi teknologi informasi oleh perusahaan kecil. Menurut Van Akkeran dan
Cavaye (1999), faktor-faktor tersebut secara umum dibagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu
karakteristik individu/pemilik usaha kecil dan karakteristik usaha, dengan return on investment
sebagai faktor yang turut mempengaruhinya.
Penerapan teknologi di perusahaan akan diawali oleh penggunaan jenis teknologi tersebut
oleh individu. Mengingat bahwa salah satu individu kunci pada usaha kecil adalah pemilik usaha
kecil maka intensitas penggunaan teknologi komputer oleh pemilik tersebut diduga memberikan
pengaruh terhadap intensitas penggunaan teknologi komputer oleh organisasi atau perusahaan.
Pengaruh berantai inilah yang akan dikaji keberadaannya dalam penelitian ini, seperti yang
disampaikan oleh Myers dan Kappelman (1997). Muara akhir dari rangkaian pengaruh tersebut
adalah pengaruh intensitas penggunaan teknologi terhadap kinerja perusahaan usaha kecil. Jones,
Hecker dan Holland (2003) menjelaskan bagaimana proses adopsi teknologi internet oleh
perusahaan kecil, melalui Gambar 1 di bawah ini.
Bagaimana dampak teknologi internet terhadap usaha kecil juga diteliti oleh Dulipovici
(2002) untuk kasus di Kanada. Semua variabel independen, termasuk penggunaan internet
berpengaruh terhadap semua variabel dependen, termasuk (1) peningkatan kinerja dibandingkan
tahun lalu, dan (2) perkiraan peningkatan kinerja tahun depan. Variabel independen tersebut
meliputi penggunaan internet (variabel biner yaitu menggunakan atau tidak menggunakan internet),
provinsi, sektor industri, umur perusahaan, jumlah karyawan, serta lokasi usahanya apakah di kota
atau di desa. Bitler (2001) meneliti hubungan antara investasi teknologi informasi dan kinerja
perusahaan kecil, dengan menggunakan model regresi yang menghubungkan bahwa proses adopsi
komputer merupakan fungsi dari karakteritik demografik dari perusahaan. Hasil penelitian secara
umum menunjukkan ada perbedaan variabel demografik dan kinerja antara perusahaan yang
mengadopsi komputer dan yang tidak mengadopsi komputer.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) perancangan, pengembangan, dan
implementasi sistem informasi usaha kecil berbasis internet (E-business for small business), (2)
analisis proses adopsi sistem tersebut dengan model persamaan struktural Technology Acceptance
Model dan (3) analisis mengenai pengaruh tingkat adopsi internet terhadap kinerja usaha. Satuan
pengamatan yang diteliti adalah pengusaha kecil yang menjadi anggota Himpunan Pengusaha Kecil
Indonesia (HIPKI) yang telah terdaftar pada layanan E-business dengan alamat
http://www.hipki.or.id. Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis tahap 2 dan 3
selengkapnya dapat dilihat

4.1. Prototipe E-Business dan Webstatistics
Tipe sistem informasi yang dianalisis proses adopsinya oleh para pengusaha kecil adalah
sebuah website atau situs Internet yang dapat diakses oleh para pemilik usaha kecil yang menjadi
objek penelitian. Fitur dan layanannya mencakup adalah (1) identifikasi pengguna yang bersifat
eksklusif melalui fasilitas user id dan password, (2) katalog bisnis yang bisa di-update oleh pemilik
usaha kecil yang teregistrasi, (3) situs masing-masing usaha, (4) pemesanan dan komunikasi
dengan pembeli potensial berbasis internet, (5) fasilitas e-learning, dan (6) web linking ke berbagai
situs lain mengenai usaha kecil. Jumlah pengusaha kecil yang sudah mendaftar pada portal ebusiness
adalah sebanyak 136 pengusaha, yang masih terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya. Layanan e-business tersebut bisa diakses di http://www.hipki.or.id,


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian Sepatu