Review Penerapan E-Bisnis
Review Jurnal
Judul
|
Analisis Pengembangan Strategi e-Business Dengan Memanfaatkan Sistem
Teknologi Informasi BRINETS Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Dalam
Upaya Memberdayakan UKM
|
Tahun
|
2003
|
Penulis
|
Diny
Wahyuni
|
|
Pendahuluan
Pengembangan strategi e-business perbankan perlu diarahkan pada
pemberdayaan UKM yang mengurangi kelemahan UKM di samping ditujukan untuk
mendapatkan keuntungan. BRINETS (BRI Integrated
Network and Information System),
sistem teknologi informasi BRI, yang telah diimplementasikan saat ini merupakan
awal dari perubahan sistem distribusi yang terdesentralisasi menjadi sistem
sentralisasi. Sistem ini pada dasarnya siap mengakomodasi kegiatan e-business baik untuk kepentingan internal
maupun eksternal. Namun, sistem teknologi yang ada dan yang intensif telah
digunakan di luar unit kerja, hanya berupa ATM dan sistem perbankan yang
menggunakan media telepon (phone
banking). Namun
perlu dikaji juga apakah e-business
layak diterapkan di BRI sejalan
dengan perkembangan teknologi informasi BRI dan pengembangan bisnis berbasis
pendapatan yang diperoleh dari layanan jasa (dalam hal ini e-business) yang diberikan (fee-based business) dengan memberdayakan UKM yang ada
sehingga jaringan unit kerja BRI dapat dimanfaatkan sebagai pusat layanan.
|
|
Metode
Penelitian
Pada penelitian ini, selain
pengumpulan data melalui pihak BRI juga dilakukan metode analisis data
menggunakan teknik analisis kualitatif (Matriks SWOT) yang dikaji berdasarkan
berbagai isu strategis baik dari dalam maupun dari luar guna mencari alternatif
pengembangan e-business dalam upaya memberdayakan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) dan menguji kelayakan implementasi ebusiness dengan menggunakan beberapa metode
untuk penilaian proyek.
|
|
Strategi e-business BRI dalam pemberdayaan UKM ini adalah suatu
ide pemanfaatan jaringan unit kerja BRI yang
tersebar di seluruh Indonesia sebagai Value
Added Network (VAN-BRI) guna memfasilitasi pelayanan pada UKM. Pembahasan dalam
penelitian ini dibatasi pada aspek teknis pengembangan teknologi informasi
sebagai pendukung bisnis BRI tersebut. Sebagai langkah pelaksanaan dari
strategi pengembangan sistem teknologi BRI dimaksud, saat ini BRI masih dalam
proses implementasi sistem perbankan intinya secara bertahap dari semula OLSIB
(On Line System Information Bank) yang bersifat
terdesentralisasi/terdistribusi diganti dengan sistem baru yang dikenal
dengan BRINETS (BRI Integrated Network and Information System) dimulai
sejak tahun 2000 dan direncanakan akan selesai secara keseluruhan online
diseluruh jaringan kerja BRI pada akhir
tahun 2005.
|
|
Strategi dan Tahapan Penerapan e-Business di
BRI
Berdasarkan Analisis dengan Matriks SWOT
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi BRI,
dapat disusun kekuatan dan kelemahan BRI yang merupakan faktor yang
berasal dari kondisi lingkungan BRI
(Faktor Internal) serta peluang dan ancaman yang perlu diantisipasi
oleh BRI yang berasal dari luar lingkungan BRI (Faktor Eksternal), yaitu
sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
1. BRI memiliki jaringan kerja yang tersebar di seluruh Propinsi di
Indonesia.
2. BRI telah mengimplementasikan sistem
perbankan inti (BRINETS) dengan konfigurasi terpusat (centralized
system).
3. BRI telah mempunyai media akses berupa ATM Bersama serta layanan transaksi melalui telepon (Call Center/Phone
Banking).
4. Jumlah pelanggan BRI diberbagai segmen pasar berpotensi untuk meningkatkan pendapatan melalui penyediaan e-business.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Perencanaan
pengembangan e-business kurang terarah dan maksimal
2. Pengembangan diarahkan pada pengembangan outlet layanan konvensional
khususnya cabang pembantu yang berbiaya mahal.
3. Performa ATM BRI, khususnya ketersediaannya dirasakan masih rendah,
sehingga dapat mengganggu pelayanan pada pelanggan.
4. BRI belum mempunyai fasilitas terminal titik penjualan (Point of
Sales) berbasis internet.
Kelemahan
(Weaknesses)
1. Perencanaan
pengembangan e-business kurang terarah dan maksimal
2. Pengembangan diarahkan pada pengembangan outlet layanan konvensional
khususnya cabang pembantu yang berbiaya mahal.
3. Performa ATM BRI, khususnya ketersediaannya dirasakan masih rendah,
sehingga dapat mengganggu pelayanan pada pelanggan.
4. BRI belum mempunyai fasilitas terminal titik penjualan (Point of
Sales) berbasis internet.
Peluang (Opportunity)
1. Potensi pasar di sektor bisnis mikro, ritel dan menengah di
Indonesia cukup besar.
2. Peningkatan pendapatan melalui penyediaan e-business cukup
menjanjikan.
3. Keuntungan bisnis ritel cukup besar dibandingkan dengan resiko
bisnis yang dihadapi.
Ancaman
(Threats)
1. Kualitas dan kuantitas serta variasi e-business berbagai bank
pesaing nasional semakin membuat nyaman pelanggan.
2. Masuknya berbagai bank asing yang menyediakan e-business yang
memuaskan pelanggan.
3. Ketahanan (entry barrier) BRI terhadap masuknya pesaing baru
khususnya consumer banking rendah.
|
|
Implementasi e-Business dalam pemberdayaan UKM
Pada umumnya UKM, khususnya usaha
kecil kurang memiliki daya tawar, kapasitas produksi yang terbatas, teknologi
yang sederhana dan kurang memiliki kemampuan untuk memasarkan dengan baik.
Bagi BRI yang memiliki sejumlah jaringan kerja yang terdiri dari kantor
cabang, kantor cabang pembantu dan BRI Unit yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan para nasabah UKM yang tersebar di masing-masing unit kerja
tersebut dapat memberikan pelayanan kepada UKM dengan memanfaatkan jaringan
unit kerja BRI sebagai Value
Added Network (VAN BRI) dengan membangun,
mengembangkan dan mengelola media akses yang ada. Perbandingan antara
penggunaan jaringan umum (public
network (jaringan ebusiness yang menggunakan media akses berupa
internet)) dengan penggunaan jaringan VAN (Value Added Network) BRI adalah sebagai berikut :
a. Jaringan Umum (Public Network)
1. Infrastruktur e-business di Indonesia belum mapan (virtual mall dan lembaga autentifikasi belum
populer di Indonesia) sehingga pelaku UKM harus membangun sendiri.
2. Keamanan transaksi belum cukup
terjamin
3. Belum semua pelaku UKM terbiasa
dengan teknologi informasi
(pengembangan dan operasi)
4. Jangkauan internet belum tentu
menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
b. VAN BRI
1. BRI berperan sekaligus sebagai
penyedia VAN, Virtual Mall dan lembaga autentifikasi.
2. Baik UKM penjual maupun pembeli
menjadi anggota VAN-BRI dan memiliki rekening di BRI
3. Dengan sistem ini, autentifikasi
(penjamin bagi penjual dan pembeli) otomatis terjadi
4. Keamanan transaksi keuangan
terjamin
5. Para pengguna e-commerce tidak perlu familiar dengan
lingkungan
teknologi informasi (operasi
dilaksanakan oleh petugas BRI)
6. Tidak perlu adanya investasi
teknologi informasi bagi pelaku UKM
7. Cakupan jaringan kerja BRI yang
luas.
|
|
Segmentasi Bisnis
Potensi usaha kecil dan menengah di
BRI nampak pada nasabah bisnis mikro yang diberi kredit melalui Kredit Umum
Pedesaan (Kupedes) di BRI Unit yang tersebar di seluruh pelosok tanah air
sebanyak 3.800 kantor BRI Unit dan nasabah bisnis ritel dan menengah yang
diberikan melalui 325 Kantor Cabang dan 64
Kantor Cabang Pembantu. Sampai dengan
saat ini portofolio Kredit Umum Pedesaan posisi per Desember tahun 2002
jumlah realisasi kumulatif sebanyak 29.206.154 orang dengan nilai Rp. 65.303
milyar, sisa pinjaman sebanyak 2.857.881 orang senilai Rp. 10.859
milyar dan Non Performing Loan
sebanyak 173.761 orang sebesar Rp. 254 milyar (data lengkap terdapat pada
lampiran 2). Di samping para UKM penerima fasilitas kredit dari BRI, potensi
UKM dapat ditinjau dari jumlah penyimpan di BRI Unit dalam bentuk tabungan
(Simpedes dan Simaskot). Posisi per Desember 2002 sebanyak 27.326.416 orang
senilai Rp. 18.902 milyar di luar penabung BRItama di seluruh Kantor Cabang
BRI. Melihat potensi tesebut di atas, merupakan peluang bisnis dan tantangan
ke depan bagi BRI.
|
|
Strategi Pemasaran
Berdasarkan konsep tentang pemasaran
tersebut di atas, dalam memasarkan jasa pelayanan kepada UKM dengan
memanfaatkan jaringan unit kerja BRI sebagai VAN BRI, yang harus dilakukan
oleh BRI adalah melakukan pelatihan pada para pekerja yang menangani
pelayanan ini terutama penguasaan atas teknologi informasi dan peningkatan
pengetahuan di bidang pemasaran yang berorientasi pada kepuasan nasabah.
|
|
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwaStrategi e-business yang
diterapkan oleh BRI dengan memanfaatkan jaringan kerjanya sebagai Value Added Network (VAN BRI), yakni memberi nilai tambah
pada outlet BRI dengan menjadi media akses pelayanan virtual/online dalam
memberdayakan UKM adalah sangat tepat dan layak secara ekonomis.
Saran
Demi meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat melalui pemberdayaan UKM dan menjaga keberlangsungan
pengimplementasian strategi e-business
ini, ada beberapa saran yang dapat
dijalankan sebagai berikut :
1. Strategi e-business untuk pemberdayaan UKM hendaknya
dilakukan berdasarkan rencana strategi bisnis BRI dengan pengembangan
teknologi informasi secara konsisten dan komitmen yang tinggi dari manajemen
sebagai binis inti BRI.
2. Pengembangan VAN BRI merupakan tahap
awal BRI untuk “go e-business” sehingga apabila pembangunan
infrastruktur teknologi informasi telah mencapai tahap pendefinisian kembali
(reinvent), disarankan sebaiknya BRI mulai
mencoba mengembangkan e
business berbasis internet.
3. Dalam rangka pengembangan e-business tersebut diperlukan adanya kerjasama
(partnership), mengingat BRI tidak mungkin
bekerja sendiri, seperti dalam pengembangan dan operasi penyedia informasi (information provider)
serta dukungan perusahaan pendistribusi. Untuk itu, hendaknya BRI mengadakan
kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan lain-lain.
|
Judul
|
ANALISIS PENERAPAN E-BUSINESS
STUDI KASUS PADA
PT. SINAR MAS
AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY (SMART), Tbk
|
Jurnal
|
Jurnal
Informatika
|
Tahun
|
2007
|
Penulis
|
Puspa Rani , Diana Rahmawati
|
1. Latar Belakang
E-bisnis (Electronic Business, atau "E-business")
dapat diterjemahkan sebagai kegiatan bisnis yang dilakukan secara otomatis
dan semiotomatis dengan menggunakan sistem informasi komputer (Wikipedia
Indonesia). Definisi lain mengatakan e-business adalah mengelola
bisnis di internet yang terkait dengan pembelian, penjualan, pelayanan
terhadap konsumen, dan kolaborasi antar rekan bisnis. Istilah e-business pertama
kali digunakan salah satunya oleh IBM pada tahun 1997. (SearchCIO.com).
Dengan demikian, e-bisnis dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi oleh organisasi, individu, atau pihak-pihak terkait untuk
menjalankan dan mengelola proses bisnis utama sehingga dapat memberikan
keuntungan—dapat berupa berupa keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi,
efisiensi, atau/dan peningkatan produktivitas dan profit.
Penerapan e-bisnis pada suatu unit usaha sebenarnya dapat
menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi unit usaha yang dimaksud. Terkadang
permasalahan ini menjadi dilema yang harus diselesaikan oleh manajemen. Pada
satu sisi, teknologi ini akan sangat menguntungkan penjualan. Promosi dapat
dilakukan secara meluas. Sampai pada efesiensi tenaga kerja, secara tidak
langsung. Namun, bagi beberapa unit usaha, penerapan e-bisnis cenderung akan
mengakibatkan kerugian. Hal ini dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan teknologi ini sangat tinggi. Bahkan bisa lebih tinggi daripada
keuntungan yang diperoleh dari penerapan e-bisnis itu sendiri. Sehingga hal
ini tidak memenuhi teori cost and benefit. Di mana benefit yang
seharusnya diperoleh lebih besar daripada cost yang dikeluarkan.
Hal
inilah yang kemudian membuat penulis tertarik untuk melakukan analisis
terhadap penerapan e-bisnis pada sebuah unit usaha. Unit usaha yang penulis
pilih untuk analisis ini adalah PT. Sinar Mas Argo Resources and Technology
(SMART), Tbk. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang telah
menerapkan teknologi informasi (e-bisnis) dalam kegiatan bisnis perusahaannya
|
|
2. Analisis Penerapan E Bisnis PT. SMART, Tbk
Penjabaran mengenai analisis penerapan e-bisnis ini akan
dilakukan secara deskriptif-induktif. Penulis akan menganalisis mulai dari
bagian terkecil, kemudian men-generalisasi hasil analisis yang diperoleh.
Analisis diawali dari manfaat yang diperoleh dengan adanya situs atau website.
Bagi para investor
Baik inverstor lama maupun investor yang akan bergabung,
dapat memperoleh informasi yang sangat penting. Melalui laporan tahunan dan
hasil kuartalan, investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan.
Informasi-informasi dan pengumuman lainnya yang dimuat akan memberikan sinyal
kepada investor untuk mengambil keputusan. Informasi-informasi seperti ini
dapat diakses secara cepat oleh investor. Hal ini tentunya akan mempersingkat
jarak dan waktu yang dibutuhkan
investor dalam mengambil
keputusan untuk bergabung atau malah menarik investasinya. Namun,
keterbatasan yang akan dihadapi oleh para investor adalah ketika mereka
mengandalkan situs ini, sementara informasi tersebut belum dimuat di dalam
situs atau situs belum di update.
Adanya situs ini memberi keuntungan bagi perusahaan ketika
informasi-informasi yang dimuat memberikan sinyal positif kepada investor.
Sehingga investor baru yang sebelumnya belum mengetahui perusahaan terkait
menjadi tertarik untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, perusahaan akan sulit
menutupi sinyal buruk yang ditangkap investor atas perusahaan.
Bagi para konsumen
Konsumen tentunya tidak terlalu tertarik dengan
informasi-informasi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
memberikan kolom khusus bagi konsumen untuk mengetahui berbagai produk yang
ditawarkan. Melalui situs ini, konsumen semakin dapat mengenal produk-produk
yang ditawarkan perusahaan. Kemudian mengetahui lebih dalam mengenai
keunggulan-keunggulan yang dimiliki produk tersebut. Selain itu, para
konsumen juga disuguhkan berbagai resep masakan yang dapat dibuat menggunakan
produk yang ditawarkan sehingga mendorong konsumen untuk membeli produk
tersebut. Hal ini akan memberi keuntungan bagi perusahaan. Dapat dikatakan
pula situs ini menjadi sarana promosi terhadap konsumen. Ketika
konsumen mengetahui keunggulan yang dimiliki oleh produk tertentu dari
perusahaan, mereka mulai berfikir untuk berpindah menggunakan produk
tersebut. Tidak hanya sebatas ini yang akan diperoleh perusahaan. Efek domino
yang akan diterima perusahaanlah yang menjadi tujuan. Pada saat satu orang
konsumen mengetahui kelebihan satu produk, kemudian menggunakan produk
tersebut, ia akan menyebarkan keunggulan produk tersebut kepada orang lain.
Kemudian mempengaruhi orang lain untuk turut menggunakan produk tersebut.
Dengan demikian, secara tidak langsung sarana promosi yang seperti ini akan
meningkatkan penjualan perusahaan.
Bagi para pencari kerja
Para pencari kerja dapat memperoleh informasi mengenai
lowongan pekerjaan di PT. SMART, Tbk. Para pencari kerja yang berminat dapat
mendaftarkan diri secara online melalui situs ini. Hal ini memudahkan
para pencari kerja dalam hal pengiriman surat
lamaran
yang hemat dan cepat, serta lebih terjamin. Bagi perusahaan juga merupakan
kemudahan untuk mendata para pelamar yang telah masuk secara online di
komputer tanpa harus meng-entry data pelamar. Dengan demikian dapat
mempercepat proses administrasi.
|
|
Manfaat :
1. Lebih dikenalnya perusahaan
ini di kalangan masyarakat yang akhirnya dapat memperluas pangsa pasar
perusahaan (sarana promosi).
2. Adanya peningkatan citra
perusahaan di mata pasar.
3. Terbukanya kesempatan untuk
memperoleh investor lain, selain meningkatkan kepercayaan investor lama.
4. Timbulnya sikap kecintaan
produk dan loyalitas dari konsumen, yang berdampak pada meningkatnya
pendapatan penjualan akibat efek domino dari promosi yang dilakukan melalui website.
5. Perusahaan dapat menyampaikan
berbagai informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dengan cepat, tepat
dan efisien.
6. Perusahaan memperoleh kemudahan dalam proses rekruitmen
karyawan.
Kerugian:
1. Adanya penambahan biaya
operasional untuk menjalankan teknologi ini.
2. Dapat terjadi missed-communication
antara manajemen perusahaan dan investor akibat kurangnya hubungan secara
langsung.
3. Jika terjadi kesalahan yang
telah dimuat di media ini, akan sulit untuk memperbaikinya, karena hal ini
dengan sangat cepat tersebar kepada setiap pembaca.
4. Perusahaan mau tidak mau harus membuka semua informasi
melalui media ini. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat menutup-nutupi
keadaan bahkan yang kurang baik dalam diri perusahaan. Hal ini akan memberi
sinyal negatif bagi investor atau pihak l. Kesimpulan
Bagi perusahaan besar, seperti PT. SMART, Tbk dan lainnya,
menerapkan teknologi informasi jaringan dan komunikasi akan sangat memberikan
dampak positif. Namun, bagi perusahan menengah, terlebih bagi perusahaan
kecil, penerapan teknologi mutakhir seperti ini cenderung akan mengakibatkan
kerugian financial yang cukup besar. Hal ini dikarenakan biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan dan operasional teknologi ini sangat besar.
Sedangkan hasil yang diperoleh belum tentu
dapat menutupi biaya tersebut, apalagi diharapkan dapat
memberikan laba bagi perusahaan.
|
Judul
|
MODEL ADOPSI E-BUSINESS OLEH PENGUSAHA KECIL: METODE PENGUKURAN DENGAN
WEBSTATISTIC DAN SELFREPORTED
|
Jurnal
|
Seminar
Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007)
|
Tahun
|
2007
|
Penulis
|
Toto
Sugiharto1, Susy Suhendra2, Budi Hermana3 Adang Suhendra4
|
1. PENDAHULUAN
Usaha kecil di
Indonesia mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, dilihat dari
jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang terlibat dalam usahanya. Berdasarkan
laporan
Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), pada tahun 2004 statistik menunjukkan
bahwa pelaku usaha kecil di Indonesia tercatat sebanyak 43 158 468 pelaku
atau 99,8
persen dari
total pelaku usaha. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha kecil
tercatat sebesar 70 919 385 orang atau 89,84 persen dari total tenaga kerja yang
bekerja di industri. Deperindag
(2002)
menyebutkan bahwa salah satu kelemahan utama usaha kecil di Indonesia adalah
kemampuan dan agresivitas mengakses pasar para pengusaha kecil masih terbatas
serta masih
terbatasnya
penggunaan teknologi informasi untuk mendinamisasi dan memajukan usaha kecil.
Menurut OECD (2004), faktor-faktor penghambat penggunaan information and
communication
technology (ICT) oleh
usaha kecil dan menengah meliputi
(a)
ketidaksesuaian proses bisnis, (b) Seminar Nasional Teknologi 200
keterbatasan
pengetahuan dalam hal manajerial dan penggunaan ICT, (c) biaya pengembangan
dan pemeliharaan sistem elektronik,
(d) masalah
prasarana jaringan komputer dan komunikasi, (e)
masalah
kepercayaan dan keamanan penggunaan ICT, (f) ketidakpastian hukum, serta (g)
berbagai
tantangan
terkait dengan adopsi proses bisnis elektronik.
Analisis OECD
tersebut menunjukkan bahwa secara umum pengaruh ICT dan strategi ebisnis
pada kinerja
perusahaan adalah positif, tetapi ICT bukan satu-satunya solusi. Penggunaan
ICT bisa
memberikan kontribusi dalam perbaikan kinerja perusahaan, misalnya
peningkatan pangsa
pasar,
penambahan kisaran produk, penyesuaian produk, dan tanggapan yang lebih baik
terhadap
permintaan
konsumen. Mengenai perkembangan dan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi,
Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Ketertinggalan
teknologi
tersebut dilihat dari ketersediaan infrastruktur teknologi informasi, jumlah
komputer
yang dimiliki
perusahaan, atau akses Internet, yang beberapa indikator diantara dapat
dilihat pada
Tabel 1.
Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor berpengaruh dalam
penerapan
teknologi informasi- khususnya portal e-business pada usaha kecil, dan
mengkaji
dampaknya
terhadap peningkatan kinerja usaha kecil. Tujuan penelitian selengkapnya
adalah (1)
Mengidentifikasi,
mengukur, dan mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan
teknologi informasi pada usaha kecil yang meliputi faktor persepsi pemilik
usaha
kecil, organisasi,
karakteristik individu, dan lingkungan eksternal; (2) Menjelaskan proses
adopsi
teknologi
informasi oleh usaha kecil dengan menggunakan Technology Acceptance Model yang
diarahkan pada
pengaruh faktor-faktor di atas terhadap persepsi kemudahan penggunaan (perceived
easy of use) dan persepsi
kebergunaan (usefulness) dari pemilik usaha kecil; (3) Menganalisis
hubungan
antara intensitas penggunaan teknologi informasi oleh individu pemilik usaha
kecil dan
intensitas
penggunaan teknologi informasi oleh perusahaan, termasuk pengaruh
faktor-faktor lain
yang mendukung
tahapan difusi tersebut; dan (4) Menganalisis hubungan antara intensitas
penggunaan
teknologi informasi oleh usaha kecil dan kinerja usaha untuk setiap sektor
dan profil
industri.
|
|
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemilik usaha
kecil merupakan individu yang paling penting dalam menentukan
arah dan
kebijakan perusahaan, termasuk dalam penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara persepsi
pemilik usaha
Seminar
Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN : 1978 – 9777
Yogyakarta, 24
November 2007
D ‐
3
kecil dengan
sistem komputer dan penggunaan aktual dari sistem komputer tersebut (Heilman
et
al., 1999).
Sedangkan Riemenschneider dan Mykytyn (2000) mengemukakan bahwa tokoh kunci
pada usaha
kecil sebagai pengguna akhir (end user) dari teknologi informasi
cenderung lebih
memperhatikan computer
self-efficacy, yaitu untuk aspek pelatihan dan kemampuan menggunakan
sistem
komputer. Selain self-efficacy, Brown (2002) menambahkan variabel computer
anxiety
dalam
penelitiannya mengenai adopsi web based technology di negara-negara
berkembang, yang
hasilnya
menunjukkan pengaruh kuat terhadap adopsi teknologi tersebut.
Menurut
Kleijnen et al. (2004), keterampilan komputer merupakan variabel moderator
untuk perceived
easy of use (PEOU). Mirchandani dan Motwani (2001) menemukan bahwa
keterampilan
komputer merupakan variabel prediktor dalam adopsi e-commerce oleh
perusahaan
kecil, dengan
nilai korelasi positif. Poon et al., (1996), sebagaimana disitasi Chambers
and Parker
(2000),
menyatakan bahwa daya inovasi dari pemilik usaha kecil bervariasi sehingga
karakteristik
individu ini
akan mempengaruhi keputusan, misalnya proses adopsi inovasi, yang diambil
perusahaan.
Chambers and Parker (2000) sendiri memasukkan daya inovasi pemilik usaha
kecil
tersebut
sebagai komponen dari faktor individual, selain pendidikan, umur, pengalaman,
waktu, dan
keterampilan.
Lee dan Runge (2001) menyimpulkan bahwa inovasi perusahaan berpengaruh nyata
terhadap
adopsi sistem informasi oleh usaha kecil, tetapi untuk kasus adopsi internet,
variabel
tersebut tidak
berpengaruh. Tetapi Lee (2004) menemukan bahwa penggunaan email oleh pemilik
atau manajer
usaha kecil dipengaruhi oleh daya inovasi mereka. Menurut hasil penelitian
Bresnahan et
al. (2000), pendidikan dan keterampilan pengguna akhir komputer berhubungan,
walaupun
relatif lemah, dengan komputerisasi pekerjaan dan intensitas penggunaan
teknologi
informasi oleh
pengguna akhir tersebut.
Chamber and
Parker (1999) lebih menitikberatkan pada faktor-faktor motivator dan
penghambat
dalam penggunaan teknologi informasi oleh usaha kecil. Faktor-faktor tersebut
secara
umum
digolongkan ke dalam faktor inovasi, tugas, lingkungan, organisasi, dan
individual.
Berbagai
faktor yang berbeda telah diidentifikasi dalam berbagai penelitian sebelumnya
yang
mempengaruhi
proses adopsi teknologi informasi oleh perusahaan kecil. Menurut Van Akkeran
dan
Cavaye (1999),
faktor-faktor tersebut secara umum dibagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu
karakteristik
individu/pemilik usaha kecil dan karakteristik usaha, dengan return on
investment
sebagai faktor
yang turut mempengaruhinya.
Penerapan
teknologi di perusahaan akan diawali oleh penggunaan jenis teknologi tersebut
oleh individu.
Mengingat bahwa salah satu individu kunci pada usaha kecil adalah pemilik
usaha
kecil maka
intensitas penggunaan teknologi komputer oleh pemilik tersebut diduga
memberikan
pengaruh
terhadap intensitas penggunaan teknologi komputer oleh organisasi atau
perusahaan.
Pengaruh
berantai inilah yang akan dikaji keberadaannya dalam penelitian ini, seperti
yang
disampaikan
oleh Myers dan Kappelman (1997). Muara akhir dari rangkaian pengaruh tersebut
adalah
pengaruh intensitas penggunaan teknologi terhadap kinerja perusahaan usaha
kecil. Jones,
Hecker dan
Holland (2003) menjelaskan bagaimana proses adopsi teknologi internet oleh
perusahaan
kecil, melalui Gambar 1 di bawah ini.
Bagaimana
dampak teknologi internet terhadap usaha kecil juga diteliti oleh Dulipovici
(2002) untuk
kasus di Kanada. Semua variabel independen, termasuk penggunaan internet
berpengaruh
terhadap semua variabel dependen, termasuk (1) peningkatan kinerja
dibandingkan
tahun lalu,
dan (2) perkiraan peningkatan kinerja tahun depan. Variabel independen
tersebut
meliputi
penggunaan internet (variabel biner yaitu menggunakan atau tidak menggunakan
internet),
provinsi,
sektor industri, umur perusahaan, jumlah karyawan, serta lokasi usahanya
apakah di kota
atau di desa.
Bitler (2001) meneliti hubungan antara investasi teknologi informasi dan
kinerja
perusahaan
kecil, dengan menggunakan model regresi yang menghubungkan bahwa proses
adopsi
komputer
merupakan fungsi dari karakteritik demografik dari perusahaan. Hasil
penelitian secara
umum
menunjukkan ada perbedaan variabel demografik dan kinerja antara perusahaan
yang
mengadopsi
komputer dan yang tidak mengadopsi komputer.
|
|
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) perancangan, pengembangan, dan
implementasi
sistem informasi usaha kecil berbasis internet (E-business for small
business), (2)
analisis
proses adopsi sistem tersebut dengan model persamaan struktural Technology
Acceptance
Model
dan (3) analisis mengenai pengaruh tingkat adopsi internet terhadap
kinerja usaha. Satuan
pengamatan
yang diteliti adalah pengusaha kecil yang menjadi anggota Himpunan Pengusaha
Kecil
Indonesia
(HIPKI) yang telah terdaftar pada layanan E-business dengan alamat
http://www.hipki.or.id.
Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis tahap 2 dan 3
selengkapnya
dapat dilihat
|
|
4.1.
Prototipe E-Business dan Webstatistics
Tipe
sistem informasi yang dianalisis proses adopsinya oleh para pengusaha kecil
adalah
sebuah
website atau situs Internet yang dapat diakses oleh para pemilik usaha
kecil yang menjadi
objek
penelitian. Fitur dan layanannya mencakup adalah (1) identifikasi pengguna
yang bersifat
eksklusif
melalui fasilitas user id dan password, (2) katalog bisnis yang
bisa di-update oleh pemilik
usaha
kecil yang teregistrasi, (3) situs masing-masing usaha, (4) pemesanan dan
komunikasi
dengan
pembeli potensial berbasis internet, (5) fasilitas e-learning, dan (6)
web linking ke berbagai
situs
lain mengenai usaha kecil. Jumlah pengusaha kecil yang sudah mendaftar pada
portal ebusiness
adalah
sebanyak 136 pengusaha, yang masih terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya.
Layanan e-business tersebut bisa diakses di http://www.hipki.or.id,
|
Komentar
Posting Komentar